Kamis, 26 Maret 2009

Mahabharata : Kiss me, Please - Pertunjukan teater berbalut spirit fashion show

Naskah dan Sutradara : Alex Suhendra
Pencipta Lagu : Alex Suhendra
Ilustrasi Musik : Bahrudin F. Bolu

Aktor :
• Alex Suhendra
• M. Ahmad Jalidu
• Agung Wijaya
• Maftu Rahayu
• Suyatman
• Rio Handziko

Konsep pemanggungan

Di panggung, kita mengenal istilah side wing; tempat di mana aktor-aktor lain menunggu dan melakukan persiapan untuk adegan selanjutnya selama lakon dalam stage utama dimainkan. Dengan begitu mereka (aktor-aktor di dalam side wing) bisa dikatakan terlepas dari interaksi karakter dalam dunia naskah yang tengah dilakonkan. Kemudian pertanyaannya adalah; apakah dalam kehidupan sehari-hari kita hanya diam menunggu, (duduk di side wing) selama si A atau si B jalan-jalan di mall? Tentu saja tidak, karena manusia-manusia lain juga melakukan aktifitas keseharian mereka dengan atau tanpa sepengetahuan orang lain. Jadi, jika kita umpamakan bumi ini adalah sebuah panggung, maka sudah jelas bahwa orang-orang (aktor) yang hidup di dalamnya tidak pernah tinggal (hanya diam) menunggu (lebih tepat dikatakan menonton dan kemudian hanya jadi oknum-oknum luar yang tertidur) selama kerja manusia lain sedang berlangsung. Maka tidak ada fokus. Semuanya bergerak (global moving) demi kepentingan, urusan, dan melakukan aktifitas keseharian masing-masing individu yang kemudian mempertemukan mereka dalam satu mikro komuni cerita yang sama, dalam adegan yang muncul, lantas menjadi keping-keping populasi dan komunitas yang lebih besar.

Dari kasus di atas itulah kemudian saya terinspirasi untuk menggunakan konsep pamanggungan yang saya beri istilah Global Moving. Di mana pangggung tidak menggunakan side wing, dan aktor-aktor yang terlibat terus beraktifitas sesuai konteks karakter dalam naskah yang tengah diusung ke atas panggung.

Metode penyutradaraan

Pola akting Realis(me) adalah pola akting yang pijakannya dicuplik dari kehidupan keseharian. Fisiologis, psikologis, dan sosiologis karakter yang dimainkan aktor harus seperti (jika boleh dikatakan; persis) dalam keseharian. Berlaku dan berucap seperti seharusnya manusia. Detil dan tetek bengek pengadeganan harus mampu memunculkan kesan tersebut. Dan saya rasa, untuk beberapa hal, Realisme kemudian menjadi semacam dasar lain menuju terciptanya metode-metode penyutradaraan. Memang, pola akting Realisme bukan yang paling tua di antara sekian banyak konsep pemanggungan, tapi pijakan pola akting realisme sendiri adalah hal yang sungguh purba, yaitu keseharian manusia itu sendiri. Berdasarkan itu, demi memenuhi konsep Global Moving yang saya usung, maka saya pakai pola akting Realisme sebagai pijakan aktor-aktor selama berkutat dalam pencarian motivasi, situasi, dan kepentingan penciptaan pondasi karakter dengan teknik pendekatan psikologis, sosiologis juga historis tokoh yang kelak dimainkan.

Setelah proses itu selesai, saya gunakan teknik zoom in seperti yang ada pada mikroskop. Baiknya kita bicarakan sedikit tentang mikroskop. Salah satu fungsi alat ini adalah untuk memperbesar gambar sebuah preparat atau spesimen yang tengah diteliti. Benda-benda serta mahluk yang tak mampu kita lihat dengan mata telanjang dapat terbantu dikenali keberadaannya lewat mikroskop. Sehingga detil-detil yang terlalu rapat sekalipun akan tampak besar dan renggang satu sama lain ketika dilihat di bawah lensa mikroskop. Lantas aplikasi dari teknik zoom mikroskop ini aku terapkan untuk beberapa adegan yang ketika dimainkan dengan konvensi pemanggungan realisme biasanya terkesan berdekat-dekatan. Sebagai contoh; adegan dua orang yang sedang marah atau sedang penuh nafsu dalam adegan pelukan, akan punya jarak yang cukup renggang (secara fisik) ketika menggunakan teknik zoom in tersebut. Mereka kemudian seakan punya garis vektor, jalur gerak, motivasi, dan akhirnya menjadi sebuah pertunjukan tersendiri ketika jarak kedua orang (atau lebih) tersebut mengalami perbesaran ataupun dibesarkan.

Alex Suhendra : Sutradara MAHABARATA : Kiss me Please.

Tidak ada komentar: