Sabtu, 06 Juni 2015

"Ngono ya Ngono" bertandang ke Borobudur, Magelang

Setelah sukses digelar di Kantor Desa Catur Tunggal, Depok, Sleman pada 9 Mei 2015 silam, Ngono ya Ngono akan kembali dipentaskan pertengahan Juni nanti. Kali ini, GMT JOGJADRAMA bergandengan tangan dengan sahabat dari kota kelahiran sang sutradara, Magelang. Komunitas Mendut Institut, yang bermarkas di Rumah Buku Dunia Tera, desa Wanurejo, Borobudur Magelang, bersedia membantu menyiapkan tempat untuk pertunjukan kita ini.

Bertempat di pendapa TIC (Tourism Information Center) di Jl. Balaputradewa no. 1, Brojonalan, Wanurejo, Borobudur, kisah tragis Joko dan Eni akan ditampilkan dengan semangat dan ketulusan yang sama sebagaimana kisah ini dibeberkan di Jogja sebulan yang lalu. Jadwal pementasan pasti yang diberikan oleh pihak MI adalah 15 Juni 2015 jam 19.30 WIB.

Edisi Borobudur ini masih tetap membawakan cerita yang sama dan squad yang sama. Ahmad Jalidu, penulis sekaligus sutradara pentas ini mengatakan bahwa tidak ada yang berubah, selalin detil set panggung yang jauh lebih sederhana, itu dikarenakan adaptasi tempat dan penyesuaian kondisi jadwal acara. Acara yang difasilitasi MI ini sejatinya semacam parade teater kecil-kecilan. Diawali dengan pementasan pada siang hari oleh kelompok teater dari salah satu SMA binaan seniman-seniman MI, juga pementasan oleh mahasiswa Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) UMM, kemudian malam harinya adalah penampilan GMT JOGJADRAMA.  Lagipula, Ahmad Jalidu memang tidak terlalu mementingkan artistik panggung yang terlalu detail. "Sejauh aktor bisa menghadirkan konteks lokasi dalam adegan melalui dialog dan plastis yang pas, itu sudah cukup." demikian ungkapnya.

Ngono ya Ngono adalah sebuah drama yang mengangkat sekelumit tragedi pasangan suami istri. Di dalamnya sarat akan point-point yang sangat patut dijadikan bahan refleksi tentang citra dan dominasi laki-laki dalam rumah tangga dan kaitannya dengan berbagai praktik kekerasan baik fisik maupun non fisik yang dialami perempuan. Jalinan kisah dan alurnya sangat nyata dan bahkan bisa dikatakan true story, sangat banyak kita jumpai di sekitar kita."Saya membaca sebuah buku berisi laporan hasil penelitian Rifka Annisa di beberapa wilayah di kota Yogyakarta. Dari berbagai kasus yang dicatat dan dituangkan dalam buku itu saya comot dan saya rangkai menjadi kisah Ngono ya Ngono." kata Ahmad Jalidu.

Sebelumnya, Ngono ya Ngono dipentaskan atas dukungan penuh dari Rifka Annisa Women Crisist Center dan Aliansi Laki-laki Baru dan digelar sebagai salah satu bentuk kampanye alternatif untuk penghapusan kekerasan terhadap perempuan. Sementara kali ini di Magelang, Rifka Annisa tidak lagi menjadi penyokong dana utama. Pihak GMT JOGJADRAMA sampai menjual kaos secara online di jejaring sosial facebook untuk menutup biaya produksinya.

Kami sendiri menikmati karya ini, dan berusaha menyerap nilai-nilainya menjadi salah satu penyokong kepribadian kami. Sehingga pementasan di Magelang ini kami jalani dengan penuh semangat dan ketulusan. Kami sangat ingin terus mementaskannya di berbagai kota lain dengan dukungan dari mana saja. Jika Anda tertarik, silakan menghubungi kami. :)




Tidak ada komentar: