Sabtu, 01 Maret 2008

’THE LIGHT OF KEN DEDES’ ; Drama yang Dibuai Nyanyian-Tarian


(Ulasan The Light of Ken Dedes di Kedaulatan Rakyat edisi 28 November 2006)


Sandiwara musikal ‘The Light of Ken Dedes’ (Rambut Pirang dan Pistol Kenangan) yang berjalan 90 menit mendapat applause luar biasa dari penonton. Setting pentas dibuat bersahabat dengan penonton yang duduk lesehan, hampir tak berjarak dengan pemain sandiwara. Lighting berjalan mulus sehingga sangat membantu keelokan alur cerita. Babak demi babak sengaja diselingi nyanyian dan tarian yang menyampaikan suasana hati Ken Dedes yang kadang sedih, ataupun riang. Pentas yang berlangsung di auditorium Lembaga Indonesia Perancis (LIP) Yogyakarta, Jumat (24/11) malam itu disajikan Gamblank Musical Theatre, yang melakukan persiapan matang 3 bulan. Cerita Ken Dedes titik penting dalam sejarah yang merupakan gambaran wanita kuat yang tertindas. Wanita yang selalu diukur dari kecantikan dan sensual. Sekuat-kuatnya seorang wanita beremansipasi, wanita tetap tunduk pada kodrat alam. Kecantikan dan bodi Ken Dedes yang molek, tersiar ke Adipati Tunggul Ametung yang ingin memiliki Ken Dedes membunuh ayahnya, dan menjadikannya sebagai permaisuri kerajaan. Awalnya Ken Dedes sangat membenci Tunggul Ametung yang tega membunuh ayahnya, tapi lama kelamaan berganti penuh cinta. Ken Dedes pun melupakan cintanya pada Ken Arok, namun Ken Arok ingin merebut hati Ken Dedes lagi dan menyamar ke istana sebagai Ra Bumi, si pengawal kerajaan. Keinginan Ken Arok menguasai Ken Dedes berikut kerajaannya berlanjut pertumpahan darah dengan terbunuhnya Tunggul Ametung. Menurut M Ahmad Jalidu, penulis naskah sekaligus sutradara ‘The Light of Ken Dedes’, sandiwara musikal ini terinspirasi novel humor berjudul ‘Ken Dedes I’m Falling in Love’ karya Mahesa Ari. (Diah Susanti)-m.

Tidak ada komentar: