Jumat, 29 Agustus 2008

Diskusi Marketing Plus on Theater : Membuka Wacana


Yogyakarta. Kelompok Sekrup, unit kegiatan seni FMIPA UNY bekerja sama dengan Gamblank Musikal Teater (GMT) menyelenggarakan diskusi menarik seputar dunia teater. Diskusi dengan tema Marketing Plus on Theatre ini diselenggarakan pada Minggu 24/8 2008 jam 19.00 WIB di ruang sidang gedung Student Center Universitas Negeri Yogyakarta. Tampil sebagai pembicara dalam forum itu adalah Ikun Sri Kuncoro, pengamat pertunjukan Yogyakarta dan Suryono Ekotama, Direktur Smartpreneur Business Club.
Ikun SK membuka uraian dengan menyoroti opini dari pelaku teater sendiri yang harus direvisi atau direnungkan ulang. Opini tersebut salah satunya adalah pendapat bahwa publik penonton teater dianggap sebagai pembeli tiket yang berasal dari sesama pelaku teater saja. Padahal, setidaknya ada tiga golongan penonton yang bisa dijadikan sasaran tembak marketing pertunjukan teater. Golongan pertama adalah penonton pasif, yaitu mereka yang datang sekedar menikmati saja. Golongan kedua adalah Penonton kreatif, yaitu mereka yang juga pelaku teater yang menonton untuk mencari referensi artistik. Golongan ketiga adalah reporter media yang menjadikan peritsiwa teater itu sebagai barang dagangan melalui penulisan berita. Sementara itu ada lagi satu golongan konsumen pertunjukan yang lebih besar, yaitu institusi/lembaga yang sering kita sebut “sponsor”.
Suryono, yang seorang konsultan bisnis memaparkan bahwa dalam marketing plus ada empat aspek yang harus digarap secara terpadu, yaitu konsep dan kualitas produk (tema dan visi artistik pertunjukan), tempat pertunjukan, harga jual dan metode promosi. Dalam menjalankan keterpaduan keempat aspek ini Suryono menekankan pentingnya seorang ahli lobying yang mampu merangkul banyak pihak baik untuk meminimalisir biaya produksi (kerjasama diskon sewa gedung, property, kostum, promosi dsb) maupun sebagai sumber biaya produksi (sponsor fresh money).
Lebih lanjut Ikun Eska menekankan bahwa sebuah pertunjukan teater memerlukan divisi Public Relation dan media relation yang jitu untuk menghembuskan isu pada calon penonton jauh-jauh hari sebelum pertunjukan, juga penyusunan proposal dana dengan berbagai versi disesuaikan pada karakter dan selera lembaga yang kita tuju. Sedang Suryono memberi pesan bahwa sebuah group teater harus terus meningkatkan kemampuan, mematangkan konsep produk dan setia pada style serta menajamkan kesesuaian tema dengan kebutuhan masyarakat. Diskusi ini berjalan selama sekitar 2 jam dan diakhiri dengan pernyataan pembicara bahwa teater masih harus terus bergerilya.
Forum itu dihadiri sekitar 30 orang dari berbagai komunitas teater kampus seperti kelompok Sekrup, GMT, Unstrat, Sanggar Nuun, Teater Parkir, Teater Gajah Mada, Teater Bumi dan sebagainya. Dipandu oleh M. Ahmad Jalidu sebagai moderator, perbincangan berjalan santai dan akrab. Penyelenggara diskusi ini, yaitu GMT menyatakan bahwa diskusi seputar manajemen teater ini akan terus dijalankan GMT melengkapi berbagai forum yang sudah ada di Jogja ini. Mari, kita tunggu tema-tema panas mereka berikutnya.


Komentar :
Dayat : Sanggar Nuun
Asik. Seni dan pasar memang tidak bisa dipisahkan. Seni dapat diketahui atau diaplikasikan di pasar dan pasar tidak berkembang tanpa media. Tapi benar, manajemen teater memang harus digalakkan guna mendongkrak teater itu sendiri, cos tanpa tim produksi aktor tidak bisa berkembang dan sebaliknya “Janganlah kau jual karyamu sebelum kau menemukan jawaban atas karyamu.”

Resti : Teater Parkir
Pembahasan menarik, sayangnya temen-temen teater laen hanya sedikit yang datang. Jadi rasanya sepi, kurang seru. Soalnya, dalam sebuah forum diskusi, kita seharusnya bukan sekedar “ngecharge” otak, tapi juga mempererat persaudaraan antar komunitas. Semoga setelah acara tadi, temen-temen mempunyai tambahan ilmu dan pengalaman yang bermanfaat untuk perkembangan teater seluruh Jogja. Buat GMT dan Sekrup… gue tunggu diskusi berikutnya.

Tidak ada komentar: